Selasa, 31 Agustus 2010

Malam yang lebih baik dari 1000 bulan

Simaklah Kajian Metafisika tentang Lailatul Qadar
Senin, 30 Agustus 2010


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Sebagaimana dimaklumi bersama, Lailatul Qadar adalah sebuah fenomena yang penuh dengan misteri. Kapan waktunya tak ada kepastian tentang hal tersebut. Namun demikian, ada beberapa pakar dan ahli fisika mencoba menghitung kemukjizatan Lailatul Qadar itu dengan ilmu fisika.

Dalam ilmu fisika, kecepatan cahaya sama dengan 300 ribu kilometer per detik. Bila dikonversi ke menit, sama dengan 18 juta kilometer per menit. Jika dikalikan dengan satu jam, menjadi 1.080 juta kilometer per jam. Jika angka tersebut dikali dalam sehari semalam (24 jam), hasilnya sama dengan 25.920 juta kilometer. Kemudian, jika dikali dalam sebulan (30 hari), hasilnya sama dengan 777.600 juta kilometer. Jika seribu bulan, berarti sama dengan 777.600 miliar kilometer.

Lalu berapakah kecepatan cahaya rohani dalam versi metafisika? Albert Einstein, bapak fisika modern dan penemu teori relativitas menyebutkan, kecepatan cahaya energi adalah E=MC2 (2 adalah kuadrat). E adalah energi, M adalah massa sebuah benda, dan C adalah kecepatan konstan cahaya. Inilah yang kemudian disebut dengan teori fisika quantum.

Adapun teori quantum diungkapkan oleh Max Planck (1858-1947), Neil Borth (1885-1962), dan Wener Heisenberg (1901-1976). Mereka mengatakan, quantum adalah bagian elementer terkecil bersifat gelombang energi. Pergerakan quantum bukan linier memanjang sambung-menyambung, tetapi berupa loncatan quantum.

Dengan demikian, kecepatan cahaya rohani sama dengan 30 ribu triliun kilometer per detik. Jika cahaya biasa dalam seribu bulan kecepatannya sama dengan 777.600 miliar kilometer, kecepatan cahaya rohani per detik dalam seribu bulan mencapai 38.580,24691358024691358024691358 kilometer, yang menandakan lebih baik dari seribu bulan.

Sementara itu, kecepatan malaikat naik menghadap Allah dalam sehari kadarnya mencapai 50 ribu tahun perhitungan manusia. Lihat surah Al-Ma'arij [70]: ayat 4. "Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun."

Perpindahan malaikat dari alam malakut (dimensi cahaya) menuju ke alam nasut (dimensi partikel, manusia) tidak setiap saat dapat terjadi. Karena untuk berpindah dimensi, malaikat berarti melintasi cermin CP (C=charge conjugation, penolakan muatan dan P= parity, keseimbangan), dan memperlambat kecepatannya (kecepatan cahaya) mendekati kecepatan partikel. Ini sama dengan pengerahan energi secara kontinyu, yang kalau tidak sesuai prosedur yang ditentukan Allah, akan berakibat fatal (meledak, energy-overload).

Putaran ruang dalam kecepatan cahaya (300.000 km/s) adalah waktu mutlak. Ia adalah ruang bulat dan bukan lonjong. Bila benda bergerak dengan kecepatan cahaya, yang artinya sama dengan kecepatan putaran ruang atau waktu mutlak, benda itu akan membekukan waktu mutlak sehingga ia akan terlepas dari perhitung an waktu.

Sekarang, akan kita hitung usia seorang mukmin yang dikaruniai Allah Lailatul Qadar. Kita ambil contoh, bila si Fulan telah berusia 30 tahun, ia telah menjalankan ibadah Ramadhan semenjak usia 15 tahun, berarti ia telah menjumpai Lailatul Qadar sebanyak 15 kali. Selanjutnya, bila selama 15 tahun itu dikaruniai Lailatul Qadar oleh Allah sebanyak 12 kali saja (yang tiga tahun bolong-bolong), si Fulan tadi tidak lagi berusia 30 tahun, tetapi telah bertambah mengikuti persamaan Lailatul Qadar.

Rumusnya adalah U = Ui + (n x 83,4). U adalah usia hamba yang mendapatkan Lailatul Qadar (tahun), Ui adalah usia hamba mula-mula (tahun), n = orde Lailatul Qadar (tanpa satuan), dan 83,4 adalah 83 tahun tambah 4 bulan (seribu bulan). Dengan demikian, usia Fulan saat ini adalah U= 30 + (12 x 83,4) tahun yang berarti 1030,8 tahun, atau 1.030 tahun ditambah 8 bulan. Wallahu A’lam.

Rabu, 18 Agustus 2010

Manfaat secangkir teh hangat dan manis

Usir Stres dengan Secangkir Teh Manis

VIVAnews - Mengalami stres di tempat kerja jamak dialami mereka yang memiliki beban kerja berat. Kala berhadapan dengan kondisi bertekanan tinggi, cobalah relaks dengan menyeruput secangkir teh manis hangat.

Seperti dikutip dari laman Telegraph, seorang psikolog asal Australia menyatakan bahwa minuman manis seperti membantu mengurangi stres yang membuat orang cenderung agresif atau argumentatif.

Menurut penelitian, energi yang berasal dari gula memungkinkan otak mempertahankan kontrol atas emosi. Ini penting untuk mencegah diri menunjukkan reaksi negatif secara spontan ketika stres melanda.

Penelitian dilakukan dengan memberi minuman manis kepada sejumlah relawan. Sebagian menggunakan pemanis gula asli, sebagian dengan pemanis buatan. Para relawan kemudian dihadapkan pada tugas memancing stres yang diikuti dengan presentasi.

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi gula asli lebih mampu mengontrol emosi saat berada di bawah tekanan yang sama.

Ketika menghadapi seorang supervisor yang sulit pada pertemuan kerja, minum minuman manis sebelum pertemuan sangat disarankan. Mengkonsumsi minuman manis menjelang perjalanan pulang setelah pekerjaan penuh tekanan juga baik.

Glukosa diperlukan oleh otak untuk mengaktifkan "fungsi eksekutif", yang mencakup kemampuan untuk menahan ledakan emosi, kata para peneliti dari University of New South Wales dan Queensland University.

"Meskipun pengertian luas bahwa konsumsi glukosa dapat menyebabkan 'gula tinggi', tapi data kami menunjukkan bahwa glukosa dapat meningkatkan kontrol eksekutif ketika diprovokasi," kata salah satu peneliti. (adi)

Selasa, 10 Agustus 2010

Menakjubkan

Video Spektakuler Tumbukan Galaksi


Tubrukan dua galaksi

VIVAnews - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) merilis foto dan video spektakuler tumbukan dua galaksi.

Disebut sistem Galaksi Antennae karena bentuknya seperti antrena. Ia terletak di 62 juta tahun cahaya dari Bumi -- disajikan dalam gambar komposit dari Observatorium Chandra X-ray (warna Biru), teleskop Hubble (warna emas), dan teleskop Spitzer (warna merah).

Tumbukan yang terjadi sejak lebih dari 100 juta tahun lalu ini memicu pembentukan jutaan bintang di awan -- yang terbentuk dari debu dan gas -- di galaksi. Yang terbesar dari bayi bintang ini telah melampaui evolusi mereka dalam beberapa juta tahun meledak sebagai supernova.

Gambar X-ray dari Chandra menunjukkan awan besar yang panas, gas interstellar -- yang telah disuntik dengan unsur yang kaya dari ledakan supernova. Gas ini kaya dengan elemen seperti oksigen, besi, magnesium, dan silikon -- yang akan digabungkan ke dalam unsur bintang atau planet baru.

Sementara, titik-titik terang dalam gambar disebabkan materi yang jatuh ke dalam lubang hitam (black hole) dan juga neutron dari sisa-sisa bintang besar. Beberapa lubang hitam diperkirakan memiliki massa yang hampir seratus kali Matahari.

Sedangkan data dari Spitzer menunjukkan cahaya inframerah dari awan debu hangat yang telah dipanaskan oleh bintang-bintang yang baru lahir -- dengan awan yang melayang berada di tengah dua galaksi.

Data Hubble menggambarkan bintang tua berwarna merah, filamen debu dalam warna cokelat, dan bintang-bintang yang baru lahir berwarna kuning dan putih. Objek redup dalam gambar optik adalah kelompok yang berisi ribuan bintang. (sj)

Minggu, 08 Agustus 2010

Beberapa manfaat kopi

Kopi Rebus Bisa Menurunkan Risiko Kanker Payudara


TEMPO Interaktif, Swedia - Wanita yang minum kopi rebus Skandinavia, yang secara kimiawi menyerupai kopi Prancis dan Turki/Yunani, lebih dari empat kali sehari berisiko lebih rendah terkena kanker payudara dibandingkan wanita yang minum kopi kurang dari sekali sehari. Hal ini ditunjukkan oleh Lena Nilsson dan rekan-rekannya dari Universitas UmeƄ, Swedia, dalam sebuah artikel dalam di jurnal Cancer Causes and Control.

Perbedaan utama antara kopi yang direbus dan yang disaring adalah kopi rebus berisi sampai 80 kali lebih banyak asam lemak khas kopi. Asam lemak ini sebelumnya telah dipakai dalam percobaan untuk menghambat pertumbuhan kanker pada binatang.

Di kalangan wanita yang minum kopi rebus lebih dari empat kali sehari, terdapat penurunan risiko kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang minum kopi kurang dari sekali sehari. Sementara itu, di kalangan wanita yang minum kopi yang disaring, ada peningkatan risiko kanker payudara dini (di bawah usia 49 tahun) dan penurunan risiko untuk kanker payudara kasep (usia di atas 55 tahun). Di kalangan pria peminum kopi rebus terdapat peningkatan risiko kanker pankreas dan kanker paru-paru. ScienceDaily/NgartoF


Minum Kopi Bisa Mengurangi Risiko Diabetes


Minum kopi. TEMPO/Sudaryono

TEMPO Interaktif, Washington - Sebuah tim ilmuwan melaporkan adanya bukti baru bahwa minum kopi dapat membantu mencegah diabetes, yang diperkirakan sebagian besar karena kandungan kafein dalam kopi. Ini merupakan temuan pertama yang secara jelas mengaitkan antara kafein dan diabetes, yang diperlihatkan pada percobaan terhadap binatang. Temuan ini dimuat di Journal of Agricultural and Food Chemistry, terbitan Masyarakat Kimia Amerika (ACS).

Para peneliti, Fumihiko Horio dan rekannya, mencatat bahwa penelitian terakhir telah menunjukkan bahwa minum kopi secara teratur dapat mengurangi resiko diabetes tipe 2. Penyakit ini mempengaruhi jutaan orang di Amerika Serikat dan meningkat di seluruh dunia. Namun, hanya sedikit bukti yang berasal dari studi yang dilakukan terhadap hewan di laboratorium, yang digunakan untuk melakukan penelitian yang tidak dapat dilakukan pada manusia.

Para ilmuwan memberi makan kopi kepada sekelompok tikus di laboratorium yang biasa digunakan untuk mempelajari diabetes. Konsumsi kopi mencegah pengembangan gula darah tinggi dan juga meningkatkan sensitivitas insulin pada tikus, sehingga mengurangi risiko diabetes. Kopi juga memberikan manfaat lain yang menguntungkan berupa perubahan pada lemak hati dan radang adipocytokines yang berkaitan dengan penurunan risiko diabetes. Studi ini juga menunjukkan bahwa kafein mungkin "salah satu senyawa anti-diabetes yang paling efektif dalam kopi," kata para ilmuwan tersebut. ScienceDaily/Ngarto Februana


Kafein Tidak Membuat Anda Terjaga


TEMPO Interaktif, Bristol - Jika Anda akan begadang dan memutuskan meminum kopi dalam porsi yang besar, Anda harus berpikir ulang. Karena penelitian di Inggris menyebutkan dugaan bahwa kafein membuat kita lebih segar sehingga tetap terjaga ternyata tidak benar.

Orang yang sering mengkonsumsi kopi, menurut penelitian yang diterbitkan di jurnal Neuropsychopharmacology itu, justru akan mengalami toleransi baik terhadap efek kegelisahan yang dihasilkan kafein maupun efek stimulasi dari kafein.

Ketika peminum kopi merasakan kesegaran yang dianggap karena kafein, penelitian ini justru menyimpulkan bahwa itu hanya tanda dari pembalikan efek kelelahan akibat mengkonsumsi kafein. Penelitian itu juga menunjukkan bahwa kafein juga meningkatkan kegelisahan dan tekanan darah.

Dr. Peter Rogers, dari Jurusan Psikologi Eksperimental di Universitas Bristol, Inggris, kepada media mengatakan, "Penelitian kami menunjukkan tidak ada keuntungan yang didapat dari meminum kafein – walaupun kita merasa segar karena kafein, tetapi justru kafeinlah yang mengembalikan kita pada keadaan 'normal'.”

“Pada sisi lain, ketika kafein dapat meningkatkan kegelisahan, berarti daya tahan penikmat kafein terhadap efek ini menjadi hilang,” dia menambahkan.

Untuk studi ini, para peneliti merekrut 379 orang yang setengahnya terdiri dari orang yang mengkonsumsi sedikit kopi atau tidak sama sekali dan setengahnya lagi kelompok orang yang sedang atau banyak mengkonsumsi kopi (beberapa gelas kopi yang besar).

Namun para peneliti tersebut menemukan bahwa dalam 16 jam hanya terdapat perbedaan tingkat kesegaran yang sedikit di antara konsumen kafein itu.

Setelah memberikan sampel darah untuk uji genetis, semua orang yang diteliti diminta tidak meminum kopi selama 16 jam lalu meminum 100 miligram kafein. Sembilan puluh menit kemudian mereka meminum 150 miligram kafein.

Peneliti kemudian membuat peringkat kegelisahan, kesegaran, dan sakit kepala sebelum dan sesudah meminum kopi dengan menggunakan Skala Sensasi Fisik, Kesegaran, dan Suasana Hati (MAPSS) melalui komputer. Kesimpulannya, kafein tidak menghasilkan kesegaran.
MEDICAL NEWS TODAY / FANNY FEBIANA

Selasa, 03 Agustus 2010

Satu lagi kekayaan botani di Nusantara

Bunga Bangkai di Halaman Hebohkan Warga Bogor


Bunga bangkai yang
ditemukan di rumah warga
di Bogor

Siti Hamidah, 45 tahun, pemilik tumbuhan yang mirip bunga bangkai itu, yang mengaku kaget melihat ada bunga raksasa mekar di halaman rumahnya.

"Awalnya saya tidak tahu tumbuhan yang mekar di halaman rumah itu adalah bunga bangkai yang langka. Itupun saya tahu dari tetangga yang ramai melihatnya," katanya kepada wartawan, 2 Agustus 2010.

Siti mengaku tidak tahu pasti apakah yang tumbuh di pekarangan rumahnya adalah bunga bangkai, apalagi hingga kini belum ada peneliti yang datang. Hanya warga saja yang berbondong-bondong datang melihat.

Siti bercerita, awalnya dia hanya menanam bibit pohon sejenis bunga suweg yang didapatkannya dari Purworejo, Jawa Tengah, sepuluh tahun lalu. Meski sudah 10 tahun, baru kali ini pohon yang ditanamnya berbunga.

"Tapi kok bunganya malah mirip bunga bangkai dan baru terlihat tumbuh besar enam hari lalu," ujarnya.

Saat ini Siti terpaksa membuat pagar di sekeliling bunga bangkai tersebut agar warga yang datang bisa melihat tanpa harus menyentuhnya. Harapannya, bunga tidak rusak sebelum peneliti datang.

Secara terpisah, Peneliti Botani dari LIPI, Sofi Mursidawati, mengatakan kemungkinan tumbuhan yang mekar di halaman rumah warga Sindangsari itu masih termasuk keluarga Rafflesia. "Biasanya yang banyak tumbuh di Bogor dan sekitarnya itu jenis Amorphophallus," tegasnya.

Seperti diketahui, bunga bangkai adalah sekelompok tumbuhan dari genus Amorphophallus yang merupakan anggota keluarga dari Araceae (talas-talasan).

Jenis yang paling dikenal dari bunga bangkai (Amorphophallus) adalah bunga bangkai raksasa atau suweg raksasa atau titan arum yang mempunyai nama latin Amorphophallus titanum dan Amorphophallus gigas atau Sumatera Giant Amorphophallus.

Amorphophallus titanum memegang rekor sebagai bunga dengan struktur perbungaan tertinggi di dunia di susul Amorphophallus gigas di urutan kedua.

Karena keawaman kita sering kali menganggap bunga bangkai sebagai satu spesies (jenis) saja padahal bunga raksasa dan tertinggi ini terdiri atas sekitar 170 spesies di seluruh dunia.

Yang lebih parah, tidak sedikit yang menyamakan bunga bangkai dengan bunga Rafflesia. Padahal antara Amorphophallus dan Rafflesia adalah dua bunga yang berbeda meskipun sama-sama berukuran raksasa dan mengeluarkan bau busuk. (umi)

Laporan: Ayatullah Humaeni | Bogor

Minggu, 01 Agustus 2010

Semoga bumi tetap kuat seperti sejak diciptakan.

Bumi Dibombardir Sinar Kosmik Bintang Mati

VIVAnews

Bumi Dibombardir Sinar
Kosmik Bintang Mati

VIVAnews - Sinar kosmik dengan pola aneh tak beraturan membombardir Bumi dari luar angkasa. Fenomena ini ditangkap oleh eksperimen IceCube Neutrino Observatory yang dibangun jauh di dasar lapisan es Antartika.

Sinar kosmik merupakan partikel energi tinggi di angkasa luar yang diduga berasal dari sisa-sisa bintang mati. Namun, IceCube mendeteksi bahwa partikel-partikel itu tiba bukan dalam kondisi "seragam" dari semua arah.

Seperti dilansir Livescience.com, edisi 30 Juli 2010, studi menunjukkan bahwa sinar kosmik berlebih datang dari satu bagian di langit, dan sinar kosmik yang kurang kadarnya datang dari bagian lain.

"IceCube sebenarnya bukan dibangun untuk mengamati sinar kosmik. Sinar kosmik hanya dianggap latar belakang saja," kata peneliti dari University of Wisconsin-Madison, Rasha Abbasi.

Studi-studi sebelumnya telah menemukan adanya kemiripan kemiringan (yang disebut anisotropy) di langit di atas Kutub Utara Bumi. Namun, baru kali ini ilmuwan melihat pola-pola aneh tersebut di langit benua paling ujung selatan planet Bumi.

"Namun, kami punya miliaran event mengenai sinar kosmik yang kemudian menjadi sangat menarik," tambahnya.

Abbasi mengatakan, salah satu penjelasan untuk mengungkap misteri sinar kosmik ini adalah bahwa sebuah bintang kemungkinan mati dalam ledakan supernova di yang relatif dekat dengan (Kutub Selatan), dan sisa-sisa ledakan itu mungkin bercampur membentuk sinar kosmik yang mendominasi sinyal-sinyal yang diterima oleh IceCube.

"Pada awalnya, kami tidak tahu apa yang harus kami harapkan," kata Abbasi. "Melihat anisotropy ini meluas ke langit Kutub Selatan merupakan hasil tambahan dari efek-efek misterius, entah itu karena daerah magnetis yang mengelilingi kami atau karena sisa-sisa ledakan supernova di sekitar sini," terang Abbasi.

Apakah misteri tersebut bisa diungkap atau tidak, observasi ini bisa membantu ilmuwan untuk lebih memahami sinar kosmik yang terbentuk. Penemuan oleh IceCube mengenai sinar kosmik ini dijelaskan secara detail dalam jurnal Astrophysical Journal Letters edisi 1 Agustus 2010. (umi)